Asakusa(Tokyo). Terletak dekat sungai Sumida, saya yakin akan banyak lokasi menarik yang bisa dilihat. Dari bandara, naik kereta ke Ueno dan kemudian menyambung lagi dengan kereta bawah tanah jalur Yamanote, menuju stasiun Asakusa.
Sebagai bekas daerah lampu merah di zaman Edo (sebutan Tokyo jaman dulu), kabarnya beberapa tempat hiburan di Asakusa masih melestarikan geisha sebagai pelayan para tamu. Juga sebagai daerah pusat hiburan, di sekitar Asakusa banyak ditemui teater kabuki dan rumah penginapan (ryokan) dengan harga terjangkau. Khaosan-Tokyo, losmen andalan para turis ransel, juga terletak di daerah ini.
Penginapan ini selalu menjadi andalan para turis setiap kali berlibur ke Tokyo. Memesan tempat ini sebaiknya dari jauh-jauh hari karena sering penuh. Namun, kalaupun tidak dapat, tidak usah terlalu panik karena banyak penginapan sejenis dengan harga yang beda-beda tipis dengan Khaosan-Tokyo sebagai alternatifnya.
Bila sedang sial, keluar dari salah satu pintu stasiun kereta bawah tanah, terdapat hotel kapsul. Di Asakusa Riverside Capsule Hotel ini, enaknya terdapat satu blok yang dikhususkan untuk perempuan.
Buat yang ingin sedikit “bertualang” mencoba gaya hidup setempat, tidak ada salahnya mencoba menginap hotel kapsul.
Sebenarnya, dibanding kamar yang dibagi banyak orang di losmen turis ransel, menginap di hotel kapsul lebih nyaman dan punya lebih banyak privasi.
Seperti fasilitas hotel, yang menginap di situ, tidak perlu membawa handuk, peralatan mandi sendiri karena sudah disiapkan. Tempat tidurnya pun lebih empuk dan hangat. Di dalam kamar kapsul yang mungil itu juga tersedia televisi di dalam.
Kalau ingin melepaskan penat, hotel kapsul ini juga menyediakan rumah mandi yang lengkap dengan fasilitas sauna dan kolam air panas. Yang membedakan dengan hotel ya, kamarnya yang super mungil. Kalau membawa koper besar, tidak perlu bingung juga karena disediakan loker. Jika kopernya ukuran masuk kabin, simpan di kapsul pun masih cukup sebenarnya.
Daerah Asakusa juga memang masih menyimpan banyak bangunan tua yang menarik untuk dikunjungi. Yang paling terkenal adalah kuil Sensoji, salah satu kuil tertua dan terbesar di Tokyo. Kuil ini dibangun abad ketujuh, namun hancur saat Perang Dunia dan dikonstruksi ulang beberapa tahun setelah perang selesai. Lokasi kuil ini tidak jauh dari stasiun. Cukup berjalan kaki sekitar 500 meter, kuil ini pasti ditemukan.
Di depan pintu gerbang yang disebut Kaminarimon, kaian dibuat takjub dengan lampion merah berukuran super besar. Di samping kiri kanan lampion besar itu, terdapat patung yang dipercaya merupakan dewa petir dan angin. Setelah melewati pintu gerbang ini, jejeran toko cendera mata dan cemilan langsung menyambut. Jejeran toko ini terletak di jalan yang hanya berbentang sekitar 250 meter ini dikenal dengan jalan Nakamise.
Salah satu toko kue camilan di sini dengan antrian paling panjang. Jika melihat dari foto-foto yang dipajang di dinding toko, sepertinya setiap kali orang penting seperti pangeran Jepang berkunjung ke kuil ini, pasti menyempatkan mampir ke toko ini.
Cemilan atau lebih tepatnya bisa dibilang gorengan ala Jepang ini memang enak. Terbuat dari tumbukan kacang merah atau hijau yang kemudian digoreng dan ditaburi berbagai bibit seperti wijen. Dimakan panas-panas, cemilan ini menjadi salah satu cemilan yang membuat ketagihan.
Setelah jalan Nakamise, kuil Sensoji segera terlihat. Di depan kuil, ada gerbang utama Hozomon yang menampilkan simpulan tali super besar. Di sisi kiri, terdapat pancuran dimana semua orang sebelum masuk ke kuil membersihkan muka dan meminum air di situ. Di samping kuil, masih ada juga beberapa bangunan kuil yang ukurannya sama besarnya dengan Sensoji. Di sebelah kiri Sensoji, ada pagoda dengan desain atap yang paling menarik perhatian, yaitu Gojunoto.
Selain menikmati keindahan detail arsitek kuil dan menyaksikan salah satu ritual beribadah penduduk Jepang, jika beruntung, pada hari-hari tertentu sering terdapat beberapa festival atau biasa disebut matsuri. Walau tidak sebesar Sanjamatsuri, ada festival kecil yang diadakan di Asakusa ketika mengunjungi di musim panas.
Saat festival tersebut hampir di sekeliling kuil dipenuhi dengan kios berjualan bunga berwarna oranye. Bunga ini kabarnya bisa bagus untuk kebersihan tubuh wanita. Selain itu, Asakusa pun berubah menjadi surga kuliner makanan jalanan. Yang menakjubkan adalah betapa sesaknya jalanan dan gank di sekitar kuil malam itu.
Jika malas berkeliling di sekitar Asakura dengan berjalan kaki, bisa menggunakan transportasi alternatif , yaitu mencoba becak yang ditarik langsung oleh orang, tidak dengan sepeda. Yang unik adalah semua penarik becak ini menggunakan kimono pendek hitam, celana pendek hitam, dan sepatu hitam.
Oleh Syanne Susita
0 komentar:
Posting Komentar
Frend...setelah membaca postingan saya ini, mohon diberi komentar atau kritikannya ya..demi kualitas blog dan kepuasan para pembaca. Terimakasih banyak ^_^