Sebenarnya kabar Piramida di Garut ini sudah muncul di akhir tahun 2011, karena itu saya akan mempostingnya kembali dari berbagai sumber yang ada agar kita dapat berpikir kembali apakah benar piramida di Garut memang ada? lalu adakah hubungannya dengan dunia Atlantis? atau sekarang adakah kabar terbaru dari para peneliti tentang piramida di Garut? oleh karena itu saya akan mensharekan lebih dulu asal muasal penemuan ini..
“Dari hasil penelitian intensif dan uji karbon dipastikan bahwa umur bangunan yang terpendam dalam gunung tersebut lebih tua dari Piramida Giza," kata Andi dalam pesan singkatnya kepada Okezone, Selasa (22/11/2011).
Andi menambahkan dari beberapa gunung yang di dalamnya ada bangunan menyerupai piramid, setelah diteliti secara intensif dan uji carbon dating, dipastikan umurnya lebih tua dari Piramida Giza.
Sekadar catatan, lanjut Andi, Piramida Giza selama ini dikenal sebagai piramida tertua dan terbesar dari 3 piramida yang ada di Nekropolis Giza. Dipercaya bahwa piramida ini dibangun sebagai makam untuk firaun dinasti keempat Mesir, Khufu dan dibangun selama lebih dari 20 tahun dan diperkirakan berlangsung pada sekitar tahun 2560 sebelum Masehi.
Dalam beberapa waktu ke depan, Tim Katastropik Purba akan melakukan paparan ke publik tentang temuan-temuannya tersebut. Tak hanya soal temuan piramida di Garut tersebut, tim ini nantinya juga akan memaparkan temuan istimewa di kawasan Trowulan, Batu Jaya, beberapa lokasi menhir di Sumatera dan lain-lain.
“Ada temuan mencengangkan tentang uji carbon dating pada 3 lapis kebudayaan di kawasan Trowulan yang terlanjur kita sebut Majapahit pada zaman sejarah masehi itu. Juga tentang temuan-temuan lapisan sejarah di Lamri Aceh dan sekitarnya,” ungkapnya.
Terhadap temuan ini, sambung Andi, Tim Katastropik Purba juga akan terus berkoordinasi dengan bidang kepurbakalaan, antropologi, arkeologi, pakar budaya, ahli sejarah dan lainnya. Disamping akan terus berkoordinasi lintas ilmu kebumian sehubungan dengan temuan-temuan sejarah bencana-bencana lokal dan global untuk dicari mitigasinya.
"Sekadar catatan, beberapa hasil penelitian Tim Katastropik Purba ini telah disampaikan kepada publik. Di antaranya, rekomendasi agar 3 gunung di Jawa Barat yakni Gunung Kaledong, Gunung Putri, dan Gunung Haruman dijadikan sebagai cagar budaya," ungkapnya.
Rekomendasi itu atas dasar penelitian melalui metoda ilmu kebumian, meneliti sumber-sumber bencana alam dan melacak informasi dari masa lalu yang berkaitan dengan kejadian bencana alam katastropik.
Obyek penelitian lain yang berada pada jalur-jalur patahan gempabumi dan gunung api di sepanjang Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan sampai Papua, terus dikaji secara ilmiah. “Hasil penelitian-penelitian lanjutan tentang ini akan disampaikan ke publik,” pungkasnya.
Dari ahli genetika dan DNA manusia asal Universitas Oxford, Stephen Oppenheimer mengatakan belum meneliti keterkaitan Piramida Garut, Jawa Barat, dengan benua Atlantis yang hilang.
"Saya belum melihat piramida di Garut, jadi saya tidak bisa mengomentarinya," kata Oppenheimer usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/2/2012).
Meski dia mengkui Indonesia sebagai Benua Atlantis yang hilang, namun Oppenheimer tidak mengetahui petunjuk Piramida Garut menunjukkan letak benua yang hilang ini.
"Ini mungkin bahwa Indonesia adalah Atlantis yang hilang, tapi saya tidak tahu bukti yang kuat untuk itu. Saya tidak menulis di buku saya, saya tidak ingin menulis tentang hal ini (Piramida Garut) karena saya tidak tahu bukti itu," ujarnya.
Oppenheimer mengatakan, tidak bisa sependapat dengan temuan para peneliti yang menyatakan Piramida Garut dan sejumlah monumen di Garut sebagai petunjuk letak Benua Atlantis.
"Sejauh ini soal piramida dan monumen kuno, saya belum memiliki bukti kuat. Saya bukan mengatakan tidak, tapi saya tidak bisa setuju dengan sesuatu yang saya belum lihat," kata Oppenheimer.
Oppenheimer melakukan kunjungan ke Indonesia dan diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu penulis buku tentang Benua Atlantis ini akan menghadiri kegiatan '4th International Conference on Indonesian Studies (ICSSIS)' di Bali, juga kegiatan Sarasehan 'Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba' di Jakarta.
"Saya belum melihat piramida di Garut, jadi saya tidak bisa mengomentarinya," kata Oppenheimer usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/2/2012).
Meski dia mengkui Indonesia sebagai Benua Atlantis yang hilang, namun Oppenheimer tidak mengetahui petunjuk Piramida Garut menunjukkan letak benua yang hilang ini.
"Ini mungkin bahwa Indonesia adalah Atlantis yang hilang, tapi saya tidak tahu bukti yang kuat untuk itu. Saya tidak menulis di buku saya, saya tidak ingin menulis tentang hal ini (Piramida Garut) karena saya tidak tahu bukti itu," ujarnya.
Oppenheimer mengatakan, tidak bisa sependapat dengan temuan para peneliti yang menyatakan Piramida Garut dan sejumlah monumen di Garut sebagai petunjuk letak Benua Atlantis.
"Sejauh ini soal piramida dan monumen kuno, saya belum memiliki bukti kuat. Saya bukan mengatakan tidak, tapi saya tidak bisa setuju dengan sesuatu yang saya belum lihat," kata Oppenheimer.
Oppenheimer melakukan kunjungan ke Indonesia dan diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu penulis buku tentang Benua Atlantis ini akan menghadiri kegiatan '4th International Conference on Indonesian Studies (ICSSIS)' di Bali, juga kegiatan Sarasehan 'Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba' di Jakarta.
Namun, kabar
kemungkinan adanya piramida di Gunung Sadahurip, Garut, ditepis geolog
Sujatmiko. Dia meyakini keberadaan piramida hanya isapan jempol.
Sujatmiko sudah melakukan penelitian di Sadahurip dan hasilnya, tidak
ada piramida.
"Barat, timur, selatan, utara diteliti jenis batuan di Sadahurip itu, kajian geologi batuan beku. Artinya bahwa itu suatu gunung yang solid. Jadi hipotesis ditemukan piramida di dalam gunung impossible," jelas Sujatmiko yang juga menjabat sebagai Sekjen Kelompok Riset Cekungan Bandung dan anggota IAGI, Senin (6/2/2012).
Sujatmiko membeberkan setidaknya ada 5 alasan yang membuat piramida di Garut hanyalah isapan jempol. Berikut alasannya:
1. Susunan Gunung Sadahurip dari bawah sampai puncak tipe batuan solid, jadi sangat sulit dikatakan ada piramida di dalam gunung itu.
2. Untuk membangun suatu piramida seperti Giza, dibutuhkan 200 ribu orang dalam waktu 20 tahun, dengan membawa blok-blok batu sebanyak 2,3 juta ton. Untuk Sadahurip itu impossible, bila bebatuan Sadahurip 6-7 ribu tahun sesuai uji karbon, saat itu Indonesia masih zaman menggunakan alat batu.
3. Setiap proyek raksasa yang dikerjakan meninggalkan jejak artefaktual atau sisa-sisa pengerjaan, di Sadahurip tidak ada jejak itu. Ada bekas bebatuan yang katanya mirip tulisan Mesir kuno, namun setelah diteliti itu silica yang terkena pelapukan.
4. Bebatuan besar yang ada di Sadahurip, yang katanya diangkut dari Gunung Rahong untuk pembuatan piramida bisa dipatahkan. Semua bisa dijelaskan dengan proses geologi. Bebatuan itu ada karena lava yang mengalir dan masuk ke gunung. Sadahurip merupakan gunung purba.
5. Pintu masuk ke piramida yang disebutkan ternyata hanya goa biasa. Dalamnya hanya beberapa meter dan tidak ditemukan indikasi adanya bebatuan yang dipahat manusia.
"Sebagai ahli geologi soal Sadahurip itu memang penuh kontroversi. Tetapi kita harus sampaikan apa adanya," jelas Sujatmiko.
Rencananya Selasa (7/2), Staf Khusus bidang Penanggulangan Bencana akan menggelar diskusi terkait Gunung Sadahurip dan Gunung Padang yang ada di Cianjur. Diskusi itu bertema 'Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional'. Rencananya, kegiatan itu akan ditayangkan di seluruh dunia.
Sujatmiko membeberkan setidaknya ada 5 alasan yang membuat piramida di Garut hanyalah isapan jempol. Berikut alasannya:
1. Susunan Gunung Sadahurip dari bawah sampai puncak tipe batuan solid, jadi sangat sulit dikatakan ada piramida di dalam gunung itu.
2. Untuk membangun suatu piramida seperti Giza, dibutuhkan 200 ribu orang dalam waktu 20 tahun, dengan membawa blok-blok batu sebanyak 2,3 juta ton. Untuk Sadahurip itu impossible, bila bebatuan Sadahurip 6-7 ribu tahun sesuai uji karbon, saat itu Indonesia masih zaman menggunakan alat batu.
3. Setiap proyek raksasa yang dikerjakan meninggalkan jejak artefaktual atau sisa-sisa pengerjaan, di Sadahurip tidak ada jejak itu. Ada bekas bebatuan yang katanya mirip tulisan Mesir kuno, namun setelah diteliti itu silica yang terkena pelapukan.
4. Bebatuan besar yang ada di Sadahurip, yang katanya diangkut dari Gunung Rahong untuk pembuatan piramida bisa dipatahkan. Semua bisa dijelaskan dengan proses geologi. Bebatuan itu ada karena lava yang mengalir dan masuk ke gunung. Sadahurip merupakan gunung purba.
5. Pintu masuk ke piramida yang disebutkan ternyata hanya goa biasa. Dalamnya hanya beberapa meter dan tidak ditemukan indikasi adanya bebatuan yang dipahat manusia.
"Sebagai ahli geologi soal Sadahurip itu memang penuh kontroversi. Tetapi kita harus sampaikan apa adanya," jelas Sujatmiko.
Rencananya Selasa (7/2), Staf Khusus bidang Penanggulangan Bencana akan menggelar diskusi terkait Gunung Sadahurip dan Gunung Padang yang ada di Cianjur. Diskusi itu bertema 'Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional'. Rencananya, kegiatan itu akan ditayangkan di seluruh dunia.
Jadi bagaimanapun juga kita hanya bisa menunggu keputusan para ahli atau kalo anda begitu penasaran silahkan datang saja ke TKP..
by www.vivanews.com
www.antaranews.com
Dimulai dari team TURANGGA SETA Bos !
BalasHapusoh..ya...makasih atas infonya... ntar saya cari referensi lagi...
BalasHapusCoba di teliti lagi siapatau itu bener piramida
BalasHapus