This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 22 Januari 2012

21 Fakta Tentang Jepang

Kastil Osaka di Jepang
1. Di Jepang, angka “4″ dan “9″ tidak disukai, sehingga sering tidak ada nomer kamar “4″ dan “9″. “4″ dibaca “shi” yang sama bunyinya dengan yang berarti “mati”, sedang “9″ dibaca “ku”, yang sama bunyinya dengan yang berarti “kurushii / sengsara.

2. Orang Jepang menyukai angka “8″. Harga-harga barang kebanyakan berakhiran “8″. Susu misalnya 198 yen. Tapi karena aturan sekarang ini mengharuskan harga barang yang dicantumkan sudah harus memasukkan pajak, jadi mungkin kebiasaan ini akan hilang. (Pasar = Yaoya = tulisan kanjinya berbunyi happyaku-ya atau toko 800).


3. Kalau musim panas, drama di TV seringkali menampilkan hal-hal yang seram (hantu).

4. Cara baca tulisan Jepang ada dua style : yang sama dengan buku berhuruf Roman alphabet huruf dibaca dari atas ke bawah, dan yang kedua adalah dari kolom paling kanan ke arah kiri. Sehingga bagian depan dan belakang buku berlawanan dengan buku Roman alphabet (halaman muka berada di “bagian belakang”).

5. Tanda tangan di Jepang hampir tidak pernah berlaku untuk keperluan formal, melainkan harus memakai hanko/inkan/ cap. Jenis hanko di Jepang ada beberapa, a.l. jitsu-in, ginko-in, dan mitome-in. Jadi satu orang kadang memiliki beberapa jenis inkan, untuk berbagai keperluan. Jitsu-in adalah inkan yang dipakai untuk keperluan yang sangat penting, seperti beli rumah, beli mobil, untuk jadi guarantor, dsb. jenis ini diregisterkan ke shiyakusho. Ginko-in adalah jenis inkan yang dipakai untuk khusus membuat account di bank. inkan ini diregisterkan ke bank. Mitome-in dipakai untuk keperluan sehari-hari, dan tidak diregisterkan.

6. Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang Jepang: ini bacanya bagaimana ? Kalau di Jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf Kanji, sehingga bisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan sedemikian hingga tidak bisa ditiru/dibaca oleh orang lain.

7. Acara TV di Jepang didominasi oleh masak memasak.

8. Fotocopy di Jepang self-service, sedangkan di Indonesia di-service.

9. Jika naik taxi di Jepang, pintu dibuka dan ditutup oleh supir. Penumpang dilarang membuka dan menutupnya sendiri.

10. Pernah nggak melihat cara orang Jepang menghitung “satu”, “dua”, “tiga”.... dengan jari tangannya ? Kalau agan-agan perhatiin, ada perbedaan dengan kebiasaan orang Indonesia. Orang Indonesia umumnya mulai dari tangan dikepal dan saat menghitung “satu”, jari kelingking ditegakkan. Menghitung “dua”, jari manis ditegakkan, dst. Kalau orang Jepang, setahu saya, kebalikannya. Mereka selalu mulai dari telapak tangan terbuka, dan cara menghitungnya kebalikan orang Indonesia. Saat bilang “satu”, maka jarinya akan ditekuk/ditutupkan ke telapak tangan. Kalo nggak percaya, coba deh… jikken dengan teman Jepang anda.

11. Sepeda tidak boleh dipakai boncengan, kecuali yang memboncengkannya berusia lebih dari 16 tahun dan anak yang diboncengkan berusia kurang dari satu tahun dan hanya seorang saja yang diboncengkan. Bila dilanggar, dendanya maksimal 20 ribu yen.

12. Kalo naik eskalator di Tokyo, kita harus berdiri di sebelah kiri, karena sebelah kanan adalah untuk orang yang terburu-buru. Jangan sekali-kali berdiri di kanan kalo kita ga langsung naik.


13. Pacaran di Jepang sungguh hemat, traktir2an bukan budaya pacaran Jepang. Jadi selama belum jadi suami-istri, siapin duit buat bayar sendiri-sendiri.

14. Nganter jemput pacar juga bukan budaya orang Jepang. Kalo mau ketemuan, ya ketemuan di stasiun.

15. Jangan pernah sekali-kali bilang ke orang jepang : “Gue maen ke rumah lu ya”. Karena itu dianggap ga sopan. Ke rumahnya cuma kalo udah diijinin.

16. “Aishiteru” yang berarti aku cinta kamu, jarang dipake sama orang pacaran, kecuali kalo mereka bener-bener udah mau nikah. Biasanya mereka make “Daisuke desu” buat ngungkapin kalo mereka sayang sama pacarnya.

17. Sebelum bepergian, biasanya orang Jepang selalu ngecek ramalan cuaca. Dan 90% ramalan cuaca itu akurat. Itu sebabnya kalo ada orang bawa payung, pasti kita bakal liat orang yang lainnya lagi bawa payung juga. Dan perempatan Shibuya adalah tempat yang paling menarik ketika hujan, karena dari atas kita akan melihat lautan payung yang berwarna-warni.

18. Bunga sakura adalah bunga yang spesial di Jepang, karena bunganya hanya tumbuh 2 minggu selama setahun. Ketika tumbuh, bunganya memenuhi seluruh pohon, tanpa daun. Setelah 2 minggu, ga ada satupun bunga sakura, yang ada hanyalah daun-daun hijau, tanpa bunga, dan jadi ga menarik lagi.

19. Di Indonesia, kita bakal dapet duit kalo kita ngejual barang bekas kita ke toko jual-beli. Tapi di Jepang, kita malah harus bayar kalo mau naro barang kita di toko jual-beli. Itulah sebabnya kenapa orang Jepang lebih milih ninggalin TV bekas mereka gitu aja kalo mo pindah apartemen.

20. Di perempatan jalan Kyoto, perempatan jalan yang kecil, ga ada mobil sama sekali, tapi ada lampu merah, pejalan kaki selalu berhenti ketika lampu tanda pejalan kaki menunjukkan warna merah. Mereka santai aja, baca koran, ngobrol, ngerokok, dan kemudian jalan lagi ketika lampu sudah hijau. Padahal ga ada mobil yang lewat satupun. Mungkin kalo mereka ngelanggar peraturan juga ga akan celaka.

21. Mereka ga percaya Tuhan (mayoritas atheis), tapi mereka bisa disiplin dan taat sama peraturan. Mungkin karena itu negara mereka maju.


By www.woamu.blogspot.com

Kamis, 19 Januari 2012

Asakusa,Bekas Daerah Lampu Merah yang Menyenangkan


Asakusa(Tokyo). Terletak dekat sungai Sumida, saya yakin akan banyak lokasi menarik yang bisa dilihat. Dari bandara, naik kereta ke Ueno dan kemudian menyambung lagi dengan kereta bawah tanah jalur Yamanote, menuju stasiun Asakusa. Sebagai bekas daerah lampu merah di zaman Edo (sebutan Tokyo jaman dulu), kabarnya beberapa tempat hiburan di Asakusa masih melestarikan geisha sebagai pelayan para tamu. Juga sebagai daerah pusat hiburan, di sekitar Asakusa banyak ditemui teater kabuki dan rumah penginapan (ryokan) dengan harga terjangkau. Khaosan-Tokyo, losmen andalan para turis ransel, juga terletak di daerah ini. Penginapan ini selalu menjadi andalan para turis setiap kali berlibur ke Tokyo. Memesan tempat ini sebaiknya dari jauh-jauh hari karena sering penuh. Namun, kalaupun tidak dapat, tidak usah terlalu panik karena banyak penginapan sejenis dengan harga yang beda-beda tipis dengan Khaosan-Tokyo sebagai alternatifnya. Bila sedang sial, keluar dari salah satu pintu stasiun kereta bawah tanah, terdapat hotel kapsul. Di Asakusa Riverside Capsule Hotel ini, enaknya terdapat satu blok yang dikhususkan untuk perempuan. Buat yang ingin sedikit “bertualang” mencoba gaya hidup setempat, tidak ada salahnya mencoba menginap hotel kapsul.




Sebenarnya, dibanding kamar yang dibagi banyak orang di losmen turis ransel, menginap di hotel kapsul lebih nyaman dan punya lebih banyak privasi. Seperti fasilitas hotel, yang menginap di situ, tidak perlu membawa handuk, peralatan mandi sendiri karena sudah disiapkan. Tempat tidurnya pun lebih empuk dan hangat. Di dalam kamar kapsul yang mungil itu juga tersedia televisi di dalam. Kalau ingin melepaskan penat, hotel kapsul ini juga menyediakan rumah mandi yang lengkap dengan fasilitas sauna dan kolam air panas. Yang membedakan dengan hotel ya, kamarnya yang super mungil. Kalau membawa koper besar, tidak perlu bingung juga karena disediakan loker. Jika kopernya ukuran masuk kabin, simpan di kapsul pun masih cukup sebenarnya. Daerah Asakusa juga memang masih menyimpan banyak bangunan tua yang menarik untuk dikunjungi. Yang paling terkenal adalah kuil Sensoji, salah satu kuil tertua dan terbesar di Tokyo. Kuil ini dibangun abad ketujuh, namun hancur saat Perang Dunia dan dikonstruksi ulang beberapa tahun setelah perang selesai. Lokasi kuil ini tidak jauh dari stasiun. Cukup berjalan kaki sekitar 500 meter, kuil ini pasti ditemukan. Di depan pintu gerbang yang disebut Kaminarimon, kaian dibuat takjub dengan lampion merah berukuran super besar. Di samping kiri kanan lampion besar itu, terdapat patung yang dipercaya merupakan dewa petir dan angin. Setelah melewati pintu gerbang ini, jejeran toko cendera mata dan cemilan langsung menyambut. Jejeran toko ini terletak di jalan yang hanya berbentang sekitar 250 meter ini dikenal dengan jalan Nakamise.

Salah satu toko kue camilan di sini dengan antrian paling panjang. Jika melihat dari foto-foto yang dipajang di dinding toko, sepertinya setiap kali orang penting seperti pangeran Jepang berkunjung ke kuil ini, pasti menyempatkan mampir ke toko ini. Cemilan atau lebih tepatnya bisa dibilang gorengan ala Jepang ini memang enak. Terbuat dari tumbukan kacang merah atau hijau yang kemudian digoreng dan ditaburi berbagai bibit seperti wijen. Dimakan panas-panas, cemilan ini menjadi salah satu cemilan yang membuat ketagihan.
Setelah jalan Nakamise, kuil Sensoji segera terlihat. Di depan kuil, ada gerbang utama Hozomon yang menampilkan simpulan tali super besar. Di sisi kiri, terdapat pancuran dimana semua orang sebelum masuk ke kuil membersihkan muka dan meminum air di situ. Di samping kuil, masih ada juga beberapa bangunan kuil yang ukurannya sama besarnya dengan Sensoji. Di sebelah kiri Sensoji, ada pagoda dengan desain atap yang paling menarik perhatian, yaitu Gojunoto. Selain menikmati keindahan detail arsitek kuil dan menyaksikan salah satu ritual beribadah penduduk Jepang, jika beruntung, pada hari-hari tertentu sering terdapat beberapa festival atau biasa disebut matsuri. Walau tidak sebesar Sanjamatsuri, ada festival kecil yang diadakan di Asakusa ketika mengunjungi di musim panas. Saat festival tersebut hampir di sekeliling kuil dipenuhi dengan kios berjualan bunga berwarna oranye. Bunga ini kabarnya bisa bagus untuk kebersihan tubuh wanita. Selain itu, Asakusa pun berubah menjadi surga kuliner makanan jalanan. Yang menakjubkan adalah betapa sesaknya jalanan dan gank di sekitar kuil malam itu. Jika malas berkeliling di sekitar Asakura dengan berjalan kaki, bisa menggunakan transportasi alternatif , yaitu mencoba becak yang ditarik langsung oleh orang, tidak dengan sepeda. Yang unik adalah semua penarik becak ini menggunakan kimono pendek hitam, celana pendek hitam, dan sepatu hitam.



Satu hal yang perlu diperhatikan adalah mencoba jinriksha ini tidaklah murah dan harus berani sedikit menawar, harga 3500 yen (Rp 350 ribu) sekitar setengah jam saja. Menyusuri belakang kuil, terlihat banyak sekali teater kabuki dengan bentuk arsitektur kuno dan hiasan bunga warna-warni digantung di bagian depan teater. Selain itu, jejeran teater kabuki akan melewati taman hiburan dan jalan yang dikenal memiliki maskot rakun. Hampir di setiap sudut terdapat patung rakun perak. Bahkan di satu sudut terdapat pagoda kecil khusus untuk memberi penghargaan pada binatang ini. Di toko cendera mata di jalan ini juga berjejeran patung-patung rakun dengan desain yang lucu.

 Oleh Syanne Susita

ILLUMINATI