Hay gaann..kali ini
saya akan membahas topik terhangat tentang perjalanan cinta pak
Habibie dan ibu Ainun,, Hmm..semua ini gara-gara saya nonton bioskop yang telah
berhasil membuat saya nangis terharu (T-T) sampai-sampai terinspirasi pengin
tahu segalanya tentang kisah pak habibie dan ibu Ainun terutama kisah
cinta mereka, yang konon kisah mereka sebenarnya sudah dibukukan oleh pak Habibie,, maka itu saya mau mensharekan buat agan-agan, siapa tahu ada yang belum pernah membaca kisah beliau, ok..tidak perlu panjang lebar langsung saja.
Chekidot..
|
Film Kisah Cinta Habibie & Ainun |
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu
untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Berbagai macam resah, rasa ditumpahkan pak Habibie dalam tulisannya.
Mengajak kita untuk menikmati surat cinta atas kekaguman abadi seorang
suami. Mengajak dan mendalami jurnal politik mengenai kondisi situasi
genting negara yang baru merdeka. Serta mengajak merenungi isi pikiran seorang
putra bangsa dengan kecintaannya yang luar biasa pada negara dan
bangsanya yaitu Indonesia.
Buku ini bukan tentang Bu Ainun, bukan pula Pak Habibie. Buku ini mutlak
mengenai Habibie&Ainun. Saya pernah berpikir tidak ada rumah tangga
yang benar-benar sempurna, jauh dari segala keburukan. Pasti ada
ketidakpuasan dan perselisihan serta-serta kekecewaan. Namun membaca
novel catatan hati pak habibie mengenai istrinya, saya seperti
diyakinkan kembali bahwa rumah tangga yang mendekati kesempurnaan itu
memang ada.
Setelah menikah dan berbulan madu, Ainun harus ikut suaminya yang
sedang dalam proses mendapatkan gelar S3, merantau ke Jerman. Bukan hal
yang mudah bagi seorang anak gadis cemerlang dan tinggal di apartemen
kecil di Oberfortsbach, desa kecil di pinggiran Jerman Barat.
Biaya untuk kehidupan sehari-hari pas-pasan, sampai pada tahun-tahun
awal Habibie harus berhemat dengan berjalan kaki sejauh 15k menuju
tempat kerjanya beberapa hari dalam seminggu. Susah jadi Bu Ainun. Suami
sibuk dengan promosi S3 dan bekerja setengah hari sebagai Asisten di
Intitut Konstruksi Ringan Universitas. Habibie sering mencuri waktu
bekerja di pabrik kereta api mendesain gerbong-gerbong berkonstruksi
ringan. Tidak ada keluarga, kerabat dan tetangga untk diajak ngobrol.
Tidak ada hiburan. Bahasa Jerman juga pas-pasan. Pantaslah pak Habibie
cinta luar biasa pada Bu Ainun, tidak pernah beliau mengeluh! Tidak
pernah sedikitpun, tentang apapun, dua orang anak lelaki, Ilham dan Thareq.
|
Foto Keluarga Pak Habibie |
Setelah lulus S3, Habibie ditawari pekerjaan oleh Talbot dan Boeing,
dua industri konstruksi terkemuka. Pak Habibie menolak dan memilih untuk
pindah ke Hamburg, dimana ia melamar dan diterima di perusahaan Hamburger Flugzeugbau HFB. Selepas itu, beliau menjadi pejabat penting perusahaan Messerschmitt Bolkow Blohm.
Kemudian beliau dipanggil pulang oleh Presiden Soeharto untuk
membangun industri dirgantara Indonesia dan menyumbangkan bakti kepada
tanah air. Tidak lama setelahnya, Pak Habibie diangkat menjadi anggota
Kabinet Pembangunan Pak Harto, menampuk jabatan Menteri Riset dan
Teknologi. Beliau menjadi anggota kabinet selama beberapa periode
kepemimpinan Pak Harto, kurang lebih 20 tahun lamanya.
Tahun 1998, ketika dilaksanakan pemilihan umum, Pak Harto secara
mengejutkan menggandeng beliau sebagai pasangannya dalam pilpres.
Sebuah keputusan yang tidak mudah, mengingat Indonesia sedang dilanda
krisis ekonomi parah dan mulai banyak pihak yang mencoba menggoyang
tampuk kursi kepemimpinanya. Pak Habibie akhirnya menjadi Presiden RI
ke-3. Bu Ainun juga menjadi ibu negara RI ke-3.
Mengutip perkataan beliau dalam buku :
‘’Mengapa saya tidak bekerja ? Bukankah saya dokter ? Memang. Dan
sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya pikir : buat apa uang
tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika
akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi
dengan resiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri ? Apa
artinya ketambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak
saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk sendiri pribadinya ?
Anak saya akan tidak mempunyai ibu. Seimbangkah anak kehilangan ibu
bapak, seimbangkah orangtua kehilangan anak, dengan uang dan kepuasan
pribadi tambahan karena bekerja ? Itulah sebabnya saya memutuskan
menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup
begitu.’’
Dari Pak Habibie, saya juga belajar banyak. Walaupun buku ini bukan
merupakan biografi beliau, lebih seperti auto-biografi mengenai
kehidupan rumah tangga Habibie-Ainun, namun saya dapat menangkap
beberapa pemikiran Pak Habibie, mengenai dirinya sendiri, mengenai
kehidupannya, serta mengenai Indonesia.
Begitu banyak yang dapat dipetik dari buku ini. Pelajaran menjadi
seorang wanita, istri, maupun ibu. Pelajaran mencintai seseorang secara
penuh dan utuh. Pelajaran menjadi pribadi yang bermanfaat bagi
lingkungan sekitar, serta banyak pelajaran lainnya. Berikut ini kutipan isi surat Cintanya :
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.Karena,
aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,dan
kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk
pergi, aku sangat tahu itu. Tapi yang membuatku tersentak sedemikian
hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan
kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu
membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di
tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi……
“Saya dilahirkan untuk Ainun dan Ainun dilahirkan untuk saya”
……Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang
berganti kemarau gersang.Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan
salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada
kenangan pahit manis selama kau ada,aku bukan hendak megeluh, tapi
rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,tanpa mereka
sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.mana mungkin
aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau
ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta,
sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada
untukku, dan sekarang kembali tiada.selamat jalan sayang, cahaya mataku,
penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
BJ.Habibie
Sebelum
buku Habibie & Ainun, pada tahun 2006 Pak BJ Habibie sudah
meluncurkan sebuah buku fenomenal yakni ‘Detik-Detik yang Menentukan:
Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi’ – buku berisi kisah perjalanan
politik Habibie.
Begitu inspiratifnya dan melihat animo masyarakat yang
besar, membuat keponakan dari Habibie, menjadi promotor. Tak hanya itu,
novel ‘Habibie & Ainun’ rencanannya juga akan dirilis dengan bahasa
Jepang. kisah tentang apa yang terjadi bila kau menemukan belahan jiwa dan
hatimu. Kisah tentang cinta pertama dan cinta terakhir. Kisah tentang Presiden
ketiga Indonesia dan ibu negara. Kisah tentang Habibie dan Ainun. Rudy Habibie
seorang jenius ahli pesawat terbang yang punya mimpi besar, berbakti kepada
bangsa Indonesia dengan membuat truk terbang untuk menyatukan Indonesia.
Sedangkan Sejak BJ. Habibie dan Ainun memiliki penjelasan sama yang sangat
ilmiah tentang mengapa langit berwarna biru, guru di sekolah mereka sudah
meramalkan, keduanya berjodoh. Habibie
awalnya mengingkari, karena dianggapnya Ainun jelek, gemuk, dan berkulit coklat
seperti gula jawa.
Namun saat
13 tahun kemudian keduanya kembali bertemu sebagai manusia dewasa, tak dapat
dipungkiri mereka langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
“Cantik
sekali, gula Jawa sudah berubah jadi gula pasir,” komentar Habibie waktu itu.
Mengejar
mimpinya membuat pesawat di Jerman untuk Indonesia, setelah menikah pada 12 Mei
1962 Habibie lantas membawa Ainun melintasi benua menuju Eropa. Di sanalah
mereka membangun sedikit demi sedikit mimpinya.
Hidup
sangat sederhana, namun keduanya tetap bertahan atas nama cinta. Demi
menyambung hidup, Habibie rela bekerja rangkap hingga malam, dan tak jarang
harus berjalan kaki sejauh 15 kilometer sampai alas sepatunya berlubang. Namun
sesampainya di rumah, semua penderitaannya hilang karena ada Ainun yang setia
menyambut.
Cinta
membuat pasangan itu saling menguatkan. Habibie menguatkan Ainun saat istrinya
bimbang dan rindu suasana rumah, sebaliknya Ainun menguatkan Habibie saat
suaminya mulai kendor berjuang menggapai mimpi. Tahun demi tahun yang susah itu
akhirnya terlewati, perjuangan menggapai meraih mimpi dan kesuksesan di negeri
orang, tercapai sudah. Setelah itu, fase demi fase kehidupan seakan berjalan
begitu cepat.
Indonesia
akhirnya memanggil dan memberi ruang bagi Habibie untuk pulang, berkarya untuk
negerinya. Membuat ‘truk terbang’ untuk menghubungkan pulau-pulau di
Indonesia dan memajukan perekonomian bangsa. Masih dengan Ainun yang selalu
mendampinginya, Habibie mewujudkan janji ‘truk terbang’-nya. Janji yang
pernah ia tuturkan pada Ainun di awal perjalanan bahtera rumah tangga mereka.
Dengan
sabar, telaten, sekaligus kuat, Ainun mendampingi Habibie sejak dirinya
mendirikan IPTN di Bandung, menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi, Wakil
Presiden RI, sampai menggantikan almarhum Presiden Soeharto saat kerusuhan Mei
1998. Cobaan demi cobaan, mulai dari oknum yang licik sampai ketiadaan waktu
untuk keluarga, mereka hadapi bersama-sama. Sampai akhirnya, maut memisahkan
keduanya. Ainun meninggal karena kanker ovarium stadium 4 pada 22 Mei 2010,
setelah melewati 48 tahun pernikahan tahun dengan Habibie.
Salah satu
kenangan yang tersimpan dari perjalanan Ainun Habibie dan BJ. Habibie adalah
sepenggal doa cinta. Berikut adalah penggalan doa tersebut:
“Terima
kasih Allah, Engkau telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya.
Terima kasih Allah, Engkau telah pertemukan saya dengan Ainun dan Ainun dengan
saya. Terima kasih Allah, tanggal 12 Mei 1962, Engkau nikahkan saya dengan
Ainun dan Ainun dengan saya. Engkau titipi kami bibit cinta murni, sejati,
suci, sempurna dan abadi. Sepanjang masa kami sirami titipan-Mu dengan kasih
sayang, nilai iman, takwa dan budaya. Kini 48 tahun kemudian, bibit cinta telah
menjadi cinta yang paling indah, sempurna dan abadi. Ainun dan saya bernaung di
bawah cinta milik-Mu ini dan dipatri menjadi manunggal sepanjang masa.
Manunggal dalam jiwa, hati, batin, napas dan semua yang menentukan dalam
kehidupan. Terima kasih Allah, menjadikan kami manunggal karena cinta abadi
yang suci dan sempurna. Pertahankan dan peliharalah kemanunggalan kami
sepanjang masa. Berilah kami kekuatan untuk mengatasi segala permasalahan yang
sedang dan masih akan kami hadapi. Ampunilah dosa kami dan lindungilah kami
dari segala pencemaran cinta abadi kami.”
Jadi
Inspirasi
Kisah cerita
‘true story’ novel ini sendiri patut direkomendasikan menjadi sebuah
inspirasi. Meski hanya memuat sekelumit kisah perjalanan rumah tangga Habibie
dan Ainun, penonton justru bisa belajar banyak tentang arti cinta dari situ. Saling
setia, percaya, dan satu visi mengenai kehidupan, menjadi kuncinya. Bagi
perempuan, sangat patut dijadikan contoh.
Ia tak pernah mengeluh meski hidupnya susah, selalu
mendampingi suami, bahkan rela meninggalkan profesinya sebagai dokter demi
selalu berada di samping Habibie dan menjadi seorang ibu dalam keluarga. Saat
Habibie mengalami banyak godaan di masa ia terjun ke politik, Ainun setia
melindungi sekaligus mendampinginya.
Meski
dirinya mengetahui sakit kanker ovariumnya sejak lama, ia tak pernah
mengatakannya pada Habibie. Sang suami baru mengetahuinya dua bulan sebelum ia
meninggal. Bahkan saat sakit, saat ia hanya bersandar hidup pada alat-alat,
Ainun masih mengkhawatirkan apakah sang suami masih dengan rutin meminum
obatnya.
Kesetiaan
dan cinta sejati antara Habibie dan Ainun yang romantis sekaligus mengharukan
ini, dapat Anda saksikan filmnya di bioskop-bioskop Indonesia. Menonton film
ini, mengajarkan kita banyak hal, tak terbatas pada cinta, melainkan juga
nasionalisme dan kegigihan mengejar mimpi. (ren/ed.hsn)
|
Ibu Ainun dan Pak Habibie |
Kisah Cinta dan Pernikahan
Makmur Makka, penulis Biografi Habibie
mendapatkan informasi menarik mengenai kisah cinta Habibie. Ternyata
cinta Ainun dan Habibie sudah bersemi sejak mereka remaja. Ainun mengaku
kalau ia dan Habibie sudah kenal sejak kecil, bahkan sekolah menenagah
mereka berdekatan. Pada tahun 1986, Majalah Femina memuat cerita
mengenai kisah ini. Ainun saat itu mengatakan:
“Kami kenal sejak kecil, dia teman bermain kelereng kakak saya. Rumah
kami berdekatan ketika di Bandung. Di SLTP letak sekolah kami
bersebelahan. Di SLTA malah satu sekolah, hanya Rudy (panggilan Habibie)
satu kelas lebih tinggi. Dia selalu menjadi siswa
paling kecil dan paling muda di kelas, begitu juga saya. Guru dan
teman-teman acap kali berkelakar menjodoh-jodohkan kami. Yah, gadis mana
yang suka diperolok demikian?”
Ainun dan Habibie memang banyak kesamaan sehingga mereka
sering dijodoh-jodohkan oleh guru dan teman-temannya. Antara lain
mereka sama-sama anak ke empat dari delapan bersaudara; sama-sama
dibesarkan dalam keluarga yang berpendidikan. Selain itu mereka juga
menjadi anak-anak yang beruntung karena memiliki ibu yang mendorong
mereka untuk mengutamakan pendidikan. Kesamaan lain adalah, mereka
sama-sama tinggal di Bandung dan sekolah di tempat yang sama. Yang tidak
kalah unik adalah, mereka sama-sama hobi berenang.
Kisah cinta antara dua anak manusia ini memang sudah terlihat sejak
mereka sama-sama sekolah. Rasa cinta tersebut mulai terbesit saat mereka
sekolah di SMAK Dago, Kota Bandung. Ainun adalah seorang gadis yang
sangat suka berenang. Karena terlalu banyak dan sering
berenang, kulitnya menjadi lebih hitam. Pada suatu hari, saat jam
istirahat belajar, Habibie lewat di depannya. Saat melihat Ainun
Habibie mengatakan: “Hei, kamu sekarang kok hitam dan gemuk?”Ungkapan
ini menjadikan Ainun berfikir dan merasakan sebuah getaran aneh di dalam
dadanya. “Apakah Habibie perhatian padanya?” Apalagi teman-temannya
heran dengan kejadian itu dan mengatakan kalau Habibie memang perhatian
padanya. Memang, saat itu Ainun memang menjadi pujaan di sekolahnya dan
menjadi incaran banyak siswa laki-laki, termasuk Habibie. Habibie pernah
mengomentari tentang Ainun dengan ungkapan: “Wah cakep itu anak, si
item gula Jawa”.
Namun mereka berpisah cukup lama. Setelah lulus SMA,
Habibie melanjutkan pendidikannya ke ITB Bandung, namun tidak sempat
selesai. Habibie dikirimkan oleh orang tunya ke luar negeri untuk
melanjutkan pendidikan. Adalah ibunya yang sangat semangat menyuruhnya
belajar ke negeri “Panzeer” tersebut. Ia berangkat dengan biaya dari
orang tunya sendiri, dan tidak mendapat beasiswa pemerintah Indonesia,
namun pemerintah memberinya izin belajar ke sana. Lalu ia berangkat ke
Jerman Barat, untuk melanjutkan pendidikan di sana. Ia masuk ke
Universitas Technische Hochscheule di kota Achen, Jerman. Tahun 1960
terhitung Habibie tidak pulang ke Indonesia selama tujuh tahun. Ini
membuatnya sangat home sick, terutama ia sangat ingin mengunjungi pusara
Bapaknya.
Setelah menanti agak lama, akhirnya Habibie punya kesempatan pulang ke Indonesia. Saat Habibie pulang ke Indonesia, ia
berkesempatan menziarahi makam bapaknya di Ujung Pandang. Menjelang
lebaran ia pulang ke Bandung dan bertamu ke rumah tetangganya yang lama,
keluarga Ainun. Saat itu pula Ainun secara kebetulan sedang mengambil
cuti dari tempat kerjanya di RSCM dan pulang ke Bandung. Di sanalah
cinta lama bersemi kembali setelah sekian lama mereka tidak bersua. Saat
berjumpa dan bertatap mata Habibie mengatakan: “Kok gula Jawa sekarang
sudah menjadi gula pasir?”. Pertemuan mereka berlanjut di Jakarta.
Habibie mengikuti Ainun yang kembali ke Jakarta untuk masuk kerja di
RSCM. Di Jakarta Habibie tinggal di Jl. Mendut, rumah kakaknya yang
tertua.
Mendampingi Suami
Dalam acara Penganugerahan gelar doktor
honoris causa (Dr HC) dari UI, Habibie mengungkapkan sebuah kalimat
yang menceriminkan bagaimana peran Ainun di belakang kesuksesannya. “”Di
balik seorang tokoh, selalu tersembunyi peran dua perempuan, yaitu ibu
dan istri,” Oleh sebab itu pula dalam sambutannya Habibie
mempersembahkan gelar tersebut untuk istrinya. “Saya juga menerima
penghargaan ini atas nama keluarga, anak-anak dan cucu-cucu saya,
khususnya istri saya yang terus mendampingi saya dengan tulus dan
ikhlas, sehingga saya menjadi hamba Allah seperti sekarang ini.”
Penghargaan yang begitu besar oleh Habibie kepada
istrinya memang tidak berlebihan. Hal ini terlihat sejak awal
kebersamaan mereka sewaktu di Jerman.Pada saat mula-mula hidup di
Jerman mereka adalah keluarga kecil dengan penghasilan suami yang
sangat kecil pula. Dalam kondisi inilah ia menjadi pendamping yang dapat
diandalkan. Untuk menghemat pengeluaran, ia menjahit sendiri
perlengkapan bayi mereka. Selain itu, Ainun juga kerap menjadi motivator
bagi Habibie. Misalnya ia menyemangati Habibie saat Habibie hampir
putus asa karena thesisnya diambil alih oleh pembimbing. Berkat dorongan dan semangat dari Ainun, Habibie malah mendapatkan ide yang jauh lebih baik dan sempurna.
Ainun memang mendampingi Habibie dalam segala hal. Saat mula-mula
Habibie menjadi tekhnokrat, ia menjadi sosok yang mengatur Habibie di
belakang layar. Misalnya, ia yang selalu mengingatkan Habibie dalam
masalah waktu kerja. Ketika jam telah menunjukkan pukul 22.00, Ainun
menelpon Habibie dan mengingatkannya agar menjaga kesehatan. Habibie
terkadang meminta stafnya menjawab kalau ia sudah di lift hendak pulang.
Padahal ia terus duduk di belakang meja kerjanya. Ainun juga menjadi
pengingat waktu saat Habibie memberikan kuliah atau ceramah. Kita tahu
kalau Habibie yang memberi kuliah ia sering lupa waktu. Memeng secara
isi materi tidak ada masalah, sebab semua orang akan senang. Namun hal
ini dapat mengganggu jadwal acara yang lain yang mengikutinya. Nah,
Ainun dengan cara tertentu akan memberikan isyarat kalau habibie sudah
harus berhenti. Setelaha melihat Isyarat Ainun, Habibie akan mengatakan:
“Saya akhiri ceramah ini, saya sudah diperingatkan oleh Ainun.”
Sungguh, sebuah penghargaan yang jujur dan menyentuh hati.
Wardiman Djojonegoro, mantan menteri pendidikan (1993-1998) pada era
Soeharto mengatakan kalau Ainun juga sangat memperhatikan makanan untuk
Habibie. Dilaah yang menetukan asupan gizi yang baik untuk sang suami.
Sebagai Dokter hal ini memang mungkin dilakukannya. Sehingga kalau di
depan Ainun, Habibie sangat taat dengan aturan makan yang diterapkan
istrinya. Namun terkadang kalau Habibie makan berpisah dengan Ainun, ia
sering lupa dengan aturan makan dari istrinya. Hal ini terjadi karena
tidak ada orang yang tahu bagaimana makanan yang pas untuk Habibie
keculai Ainun, istrinya.
Pada saat Habibie menjadi Wakil Presiden republik Indonesia, Ainun adalah seorang yang dengan tulus ikhlas membantu suaminya mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Dalam buku karangan Habibie “Detik-detik Yang Menentukan”
tergambar dengan sangat baik bagaimana Ainun mendampingi Habibie dalam
kondisi yang sangat gawat dan krusial. Habibie dalam sebuah cerita yang
panjang memasukkan dengan gamblang apa saja yang dilakukan Ainun dalam
mendampinginya. Dan Ainun pula yang menjadikan Habibie selalu tenang dan
matang dalam mengambil sebuah keputusan.
|
Pak Habibie dan Ibu Ainun saat Menjadi Presiden RI |
Kisah-Kisah Unik
Ada beberapa pengalaman dari orang dekat Ibu Ainun yang
tersiar di internet. Salah satunya adalah pengalaman yang dirasakan
oleh Adrie Soebono, kemenakannya yang saat ini menjadi promotor musik
ternama di Indonesia. Katanya, sampai saat terakhir berjumpa, yakni dua
bulan sebelum beliau meninggal dunia, ia masih dianggap sebagai
anak-anak oleh Ibu Ainun. Ia dinasehati layaknya seorang anak kecil yang
bandel. Memang, Adrie Soebono pernah tinggal bersama keluarga Habibie
di Jerman selama delapan tahun. Dan selama itu pula ia mengatahui dengan
persis bagaimana keluarga tersebut.
Ibu Ainun juga paling hobi jogging. Hampir setiap hari di Jerman ia
melakukan Jogging. Bahkan terkadang tidak peduli panas dingin. Namun
hobi Jogging tersebut hanya dilakukan Ainun saat berada di Jerman. Jika
di Indonesia Ainun hanya fitnes atau lari di atas treadmill. Hal ini
disebabkan Ainun sensitif dengan debu, mungkin kena sinus. Udara di
Jakarta dan kota lain di Indoensia banyak debu, jadi Ainun tidak pernah
jogging. Kondisi kesehatan ini juga menjadi salah satu alasan Habibie
untuk menetap di Jerman setelah ia tidak lagi menjadi pejabat negara.
Dalam cara seminar atau ceramah yang Habibie menjadi penceramahnya,
Ainun menjadi “tukang tekan bel,” memperingatkan Habibie mengenai waktu.
Pernah Habibie diberikan kesempatan untuk menjadi penceramah dalam
bulan Ramadhan. Ceramah diberikan setelah shalat isya sebelum tarawih.
Biasanya ceramah ini hanya berlangsung selama sepuluh atau lima belas
menit. Namun Habibie melakukannya lebih lama, sehingga membuat para
jamaah gelisah. Sebab ada agenda lain yang harus dilaksanakan yaitu
shalat tarawih. Ainun tahu kondisi ini. Ia meminta seorang cucunya untuk
memberikan isyarat pada Habibie karena ia duduk agak jauh. Cucunya
datang ke tempat yang terlihat oleh Habibie dan membuat sebuah gerakan
layaknya orang Shalat. Habibie-pun paham. Sebelum mengkhiri ceramahnya,
Habibie mengatakan: “Ini pasti Ainun yang suruh.”
Ada pengalaman unik dari
Ibu Linda,
mantan wartawan Majalah Tempo saat bertugas di istana pada masa
Soeharto. Ia sering menjumpai Habibie dengan pipi yang ada bekas
lipstiknya sebelum masuk kantor. Saat ditegur, Habibie dengan santai
mengatakan kalau istrinya sering mencium sebelum ia berangkat, bahkan
ketiak sudah digarasi mobil. Dan itu terjadi berkali-kali. Saat
diberitahu ia Habibie menjawab dengan bangga:
“‘Ya begini nih istri
Oom….. seperti nggak mau pisah dan ditinggal ke kantor lama-lama. Senang
ya punya pasangan seperti begini?”. Ibu Linda yang kebetulan berjumpa
dengan Ibu Ainun, Istri Habibie “melaporkan” kejadian itu pada Ainun.
Ainun menjawab:
“Aduuuh, bikin malu ya? Artinya suami saya nggak hapus
lagi dong kalau memang masih ada bekas lipstik?, Awas saja nanti sampai
di rumah mau saya tanya ah …hahahaaa… !”.
Cerita unik lain adalah Ainun memempengaruhi Habibie utuk mengikuti
sinetron Cinta Fitri yang tayangkan oleh sebuah TV Swasta di tanah air.
Semula Habibie tidak tahu mengenai sinetron ini, namun setelah
diceritakan sedikit latar belakangnya oleh Ainun, Habibie menjadi
tertarik dan mengikutinya dengan rutin. Bahkan karena begitu kagum
dengan kisah cinta dalam sinetron tersebut Habibie pernah mengundang
para pemain sinetron untuk makan malam di kediamannya di Jakarta. Apa
yang Ainun dan Habibie tertarik? Menurut pengakuan mereka, kisah cinta
dalam sinetron tersebut hampir sama dengan kisah cinta mereka sendiri,
karena itu mereka seakan kembali ke masa silam dan menikmatinya.
Cinta Sang Suami
“Saya dilahirkan untuk Ainun dan Ainun dilahirkan untuk saya”
(B.J. Habibie)
Berbagai kiprah selama hidup bersama Habibie, membuat Habibie menempatkan Ainun sebagai orang yang sangat dekat di hatinya.
Yusran Darmawan
pernah melihat sendiri bagaimana wujud perhatian mantan presiden ini
pada Istrinya. Dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di kantor BPPT Jakarta, Habibie
menjadi
keynote speaker. Saat datang Habibie ditemani oleh
istrinya, Ainun. Setelah selesai memberikan kuliahnya, semua wartawan
datang mengerubunginya untuk wawancara. Pada saat itu pula Habibie tidak
peduli dan ia nampak mencari-cari di mana Ainun. Ketika seorang
wartawan bertanya tentang pendapatnya atas situasi di Timor Leste,
Habibie hanya menjawab singkat.
“Maafkan, saya sedang mencari di mana mantan pacar saya. Mana Ainun? Saya belum pernah pisah dengan Ainun. Mana Ainun?”
Wujud cinta ini juga terlihat saat Ainun sudah terbaring di rumah sakit.
Selama hampir tiga bulan ini Habibie dikabarkan tidak beranjak dari
sisi istrinya. Sejak masuk rumah sakit pada tanggal 24 Maret 2010 silam
Habibie memberikan perhatian dan menunjukkan cinta kepada ibu dari
anak-anaknya itu. Tentu saja ini terjadi karena Habibie dan Ainun telah
banyak melewati berbagai perjuangan dalam menempuh hidup ini. Perjuangan
tersebut telah memupuk cinta mereka begitu kuat dan terasa takkan
terpisahkan. Selama di rumah sakit juga Habibie menuntun istrinya untuk
shalat. Dari sebuah sumber saya dapatkan, pada hari sebelum meninggal
dunia, Habibie sempat membimbing istrinya shalat subuh, zuhur dan ashar
di rumah sakit tersebut.
Hanya sampai di rumah sakit? Ternyata tidak.!Dalam proses penantian
pengurusan administrasi sebelum jenazah diterbangkan ke tanah airpun
Habibie masih mendampingi istrinya. Dalam pesawat beliau masih dekat
dengan jenazah almarhumah. Saat tiba di tanah air jenazah diturunkan
dari pesawat, beliau masih mendampingi peti jenazah tersebut. Dalam
beberapa foto yang diabadikan wartawan jelas nampak Habibie dengan peci
hitam berjalan dengan memegang peti jenazah istrinya. Bahkan saat
jenazah dibawa ke pemakaman dari rumah duka, Habibie tidak mau naik ke
mobil yang telah disediakan untuknya. Ia malah memilih masuk ke dalam
ambulan dan duduk di sisi peti jenazah istrinya. Mungkin tidak semua
masyarakat yang menyaksikan iring-iringan mobil itu tahu kalau mantan
menteri, manatan presiden, orang besar yang dikenal tidak hanya di
Indonesia itu berada berdua dengan sang istri dalam ambulan menuju
pemakaman.
Dalam sebuah sambutan yang diberikan Habibie setelah upacara pemakaman
istrinya ia mengungkapkan rasa cinta itu dengan sebuah kalimat puitis
nan indah: “12 Mei 1962 kami dinikahkan. Bibit cinta abadi dititipkan di
hati kamu dan hati saya, pemiliknya Allah. Cinta yang abadi dan
sempurna. Kamu dan saya, sepanjang masa. Nikmatnya dipatri dalam
segala-galanya, satu batin dan perasaanya.” Ungkapan ini bukan hanya
pemanis bibir. Habibie telah menunjukkan dalam laku dan perbuatannya. Ia
mencurahkan seluruh cinta dan hatinya pada sang istri, Ainun Haibie,
sampai ia menutup mata.
|
Detik-detik terakhir Ibu Ainun |
Selamat Jalan Ibu
Seperti telah diberikatakan oleh banyak media, pada 24 Maret 2010, Hasri
Ainun Habibie masuk ke rumah sakit Ludwig-Maximilians-Universitat,
Klinikum Gro`hadern, Munchen, Jerman. Ainun berada di bawah pengawasan
direktur Rumah Sakit Prof Dr Gerhard Steinbeck, yang juga spesialis
penyakit jantung. Ia telah menjalani sembilan kali operasi dan empat
kali dari sembilan operasi tersebut merupakan operasi utama. Sisanya
merupakan operasi eksplorasi. Pukul 17.05 waktu Jerman, hari Sabtu
tanggal 22 Mei 2010, Nyonya Ainun wafat dalam usia 72 tahun, setelah 45
tahun hidup bersama Habibie. Sebelum wafat, Nyonya Ainun sempat beberapa
kali mengalami kritis. Namun jiwanya tidak terselamatkan lagi. Semua
orang berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Selamat jalan
ibu, kebaikan dan dedikasimu menjadi pelajaran sangat berharga bagi
kami.
|
Hasri Ainun Besari (11 agustus 1937 - 22 Mei 2010) | |
Romantis dan sedihkan,,saya yang tahu hal ini saja, sudah dibuatnya nangis genjer atau mungkin sayanya saja ya.. yang mudah terbawa suasana, hehe ..apapun itu semoga dapat diambil hikmahnya.. Selesailah sudah penulisan yang saya ambil dari berbagai macam sumber, semoga bermanfaat buat pembaca Tanah Air, Have Nice Day And See You Next Time.(^,^)//
By www.Kompasiana.com
www.Inilah.com
www.Vivanews.com